Minggu, 13 Desember 2015

Membaca dan Menulis: Sebuah Personal Account

Tidak ada komentar:
Azyumardi Azra
Guru Besar Sejarah Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagi saya, buku merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan saya, sejak kecil—ketika mulai bisa membaca—sampai sekarang ini dan seterusnya. Dan tidak ragu buku merupakan salah satu sumber terpenting dalam pembentukan pandangan dunia (world-view) cara berpikir,  karakter dan tingkah laku sehari-hari.

Buku bagi saya teman setia, yang selalu mendampingi atau ikut bersama saya; di rumah, dan diperjalanan. Dan ketika di perjalanan baik di dalam maupun di luar negeri, mencari dan membeli buku selalu menjadi agenda penting, yang selalu diusahakan untuk memenuhinya. Waktu kembali ke rumah, koper dan tas hampir selalu dipenuhi buku-buku dan bisa dipastikan, koleksi buku saya selalu bertambah.

Saya tidak ingin mengibaratkan—apalagi menyamakan  buku sebagai “istri kedua.” Tentu saja cinta kepada istri berbeda dengan cinta kepada buku, tetapi cinta kedua-duanya sama-sama saya cintai pada level yang berbeda. Cinta kepada sang istri tidak bisa diganti cinta kepada buku; dan sebaliknya cinta kepada buku tidak bisa diganti cinta kepada istri. Namun saya takut kehilangan salah satunya, apalagi kedua-duanya.

Yang jelas saya sangat cinta kepada buku; selalu ingin buku koleksi saya tetap utuh, tidak ada satu pun yang hilang atau rusak dimakan rayap, terkena air dan sebagainya. Saya selalu wanti-wanti kepada kawan-kawan yang meminjam buku saya agar buku yang mereka pinjam tidak hilang. Bagi saya lebih baik kehilangan uang dari pada buku; uang bisa dicari, tetapi buku belum tentu dapat gantinya, apalagi yang diterbitkan bertahun-tahun silam. Buku terbitan Indonesia umumnya hanya sampai cetakan pertama, jarang ada cetakan kedua, dan seterusnya. Tidak banyak buku cetakan dan terbitan Indonesia yang tersimpan di perpustakaan; meski ada kewajiban penerbit untuk mengirim dan menyimpan buku-buku yang mereka terbitkan di Perpustakaan Nasional, tidak banyak penerbit yang melakukan kewajiban ini.

Selasa, 27 Maret 2012

Kewirausahaan dan Literasi

Tidak ada komentar:
Koran Tempo, MINGGU, 18 MARET 2012
Agus M. Irkham
Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat

"Jangan bergabung ke barisan yang berpikir negatif dan pesimistis tetapi malas dan tidak mau bekerja apa pun," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Satu Tahun Gerakan Kewirausahaan Nasional, di gedung Smesco UKM, Jakarta, Kamis (8 Maret).

Presiden mengajak kaum muda, baik yang tidak, sudah, akan, atau belum menjadi wirausaha, untuk mengikuti barisan yang optimistis, berjiwa terang, berpikiran positif, dan mau bekerja keras.

Ajakan Presiden SBY mendapatkan dasarnya jika dipertalikan dengan beberan angka jumlah wirausaha yang masih di bawah 2 persen serta pengangguran terdidik yang secara absolut selama 2005-2010 meningkat hingga 600 persen. Hingga muncul seloroh satiris: "Naiklah ke lantai tertinggi gedung bertingkat, buka salah satu jendelanya, dan meludahlah. Maka, dapat dipastikan ludah itu akan jatuh mengenai orang-orang di bawah gedung. Dan minimal satu dari orang yang terkena ludah itu adalah sarjana, pengangguran pula!" 


Sejarah Peradaban Buku

Tidak ada komentar:
Mohammad Takdir Ilahi, PENCINTA BUKU; PERISET THE MUKTI ALI INSTITUTE YOGYAKARTA
SUMBER : KOMPAS, 17 Maret 2012

Sampai saat ini peran buku masih belum tergantikan, terutama dalam kapasitasnya sebagai sumber pustaka, sumber pengetahuan, dan sumber informasi meskipun banyak jejaring media sosial yang lebih praktis, seperti internet.

Sampai kapan pun, buku akan tetap jadi primadona ilmu pengetahuan yang paling esensial bagi kemajuan peradaban manusia. Sebuah buku mampu menghadirkan serpihan-serpihan sejarah yang tercecer menjadi terang benderang; serpihan ilmu yang terserak menjadi serangkaian data dan peristiwa yang berguna dalam memberdayakan kehidupan manusia.

Maka, sejarah peradaban manusia sangat bergantung pada catatan masa silam yang sempat dibukukan dan menjadi sumber informasi paling menentukan bagi masa depan kemanusiaan.

Petualangan Intelektual

Sebuah buku lahir dari perkembangan kebutuhan akan pentingnya komunikasi, informasi, dan kemampuan daya pikir manusia, serta kelemahan daya tampung pikiran manusia yang sangat terbatas. Kebutuhan akan lahirnya buku bukan berarti mengesampingkan media dan sumber pengetahuan lain, melainkan karena memang tuntutan zaman: diperlukan sebuah media ideal yang mampu menampung segala bentuk ilmu pengetahuan yang belum tertulis dan dipublikasikan dalam satu kesatuan yang utuh.