Maryanto,
Pemerhati Politik Bahasa
Teriakan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bakal tetap terdengar nyaring. Setiap generasi selalu berteriak "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Teriakan generasi muda perlu terus diikuti gerakan menguatkan tradisi keberaksaraan (literasi) bahasa Indonesia agar gelora Sumpah Pemuda bukan slogan belaka.
Sumpah Pemuda sudah menggelorakan semangat Indonesia bersatu dengan tiga pilar: tanah air, bangsa, dan bahasa. Pilar-pilar persatuan Indonesia itu pernah ditegaskan oleh M. Tabrani pada 1938, tepatnya pada Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Pada saat itu, pencetus ide bahasa Indonesia tersebut menggunakan ungkapan berbahasa satu, bahasa Indonesia. Menurut dia, Sumpah Pemuda merupakan janji mewujudkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Sumpah Pemuda dengan jelas mencita-citakan terwujudnya satu bahasa Indonesia sebagai wadah keberaksaraan atau literasi khas bangsa Indonesia. Sebelum era Sumpah Pemuda, pemerintah Hindia Belanda sudah merancang tradisi keberaksaraan bahasa Melayu. Kitab Logat Melajoe (Van Ophuijsen, 1901) boleh disebut sebagai cetak biru literasi bagi bangsa jajahan Belanda ini.
Sumpah Pemuda dengan jelas mencita-citakan terwujudnya satu bahasa Indonesia sebagai wadah keberaksaraan atau literasi khas bangsa Indonesia. Sebelum era Sumpah Pemuda, pemerintah Hindia Belanda sudah merancang tradisi keberaksaraan bahasa Melayu. Kitab Logat Melajoe (Van Ophuijsen, 1901) boleh disebut sebagai cetak biru literasi bagi bangsa jajahan Belanda ini.