Azyumardi Azra
Guru Besar Sejarah Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bagi saya, buku merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan saya, sejak kecil—ketika mulai bisa membaca—sampai sekarang ini dan seterusnya. Dan tidak ragu buku merupakan salah satu sumber terpenting dalam pembentukan pandangan dunia (world-view) cara berpikir, karakter dan tingkah laku sehari-hari.
Buku bagi saya teman setia, yang selalu mendampingi atau ikut bersama saya; di rumah, dan diperjalanan. Dan ketika di perjalanan baik di dalam maupun di luar negeri, mencari dan membeli buku selalu menjadi agenda penting, yang selalu diusahakan untuk memenuhinya. Waktu kembali ke rumah, koper dan tas hampir selalu dipenuhi buku-buku dan bisa dipastikan, koleksi buku saya selalu bertambah.
Saya tidak ingin mengibaratkan—apalagi menyamakan buku sebagai “istri kedua.” Tentu saja cinta kepada istri berbeda dengan cinta kepada buku, tetapi cinta kedua-duanya sama-sama saya cintai pada level yang berbeda. Cinta kepada sang istri tidak bisa diganti cinta kepada buku; dan sebaliknya cinta kepada buku tidak bisa diganti cinta kepada istri. Namun saya takut kehilangan salah satunya, apalagi kedua-duanya.
Yang jelas saya sangat cinta kepada buku; selalu ingin buku koleksi saya tetap utuh, tidak ada satu pun yang hilang atau rusak dimakan rayap, terkena air dan sebagainya. Saya selalu wanti-wanti kepada kawan-kawan yang meminjam buku saya agar buku yang mereka pinjam tidak hilang. Bagi saya lebih baik kehilangan uang dari pada buku; uang bisa dicari, tetapi buku belum tentu dapat gantinya, apalagi yang diterbitkan bertahun-tahun silam. Buku terbitan Indonesia umumnya hanya sampai cetakan pertama, jarang ada cetakan kedua, dan seterusnya. Tidak banyak buku cetakan dan terbitan Indonesia yang tersimpan di perpustakaan; meski ada kewajiban penerbit untuk mengirim dan menyimpan buku-buku yang mereka terbitkan di Perpustakaan Nasional, tidak banyak penerbit yang melakukan kewajiban ini.